KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Definisi Perencanaan
Ada beberapa definisi mengenai perencanaan yang rumusannya berbeda-beda satu dengan yang lain.Cunningham misalnya mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan menvisualkan dan memformulasikan hasil yang akan diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaiaan. Perencanaan di sini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainnya.
Definisi yang kedua mengemukakan bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang( What is) dengan bagaimana seharusnya ( What Should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.
Sementara itu definisi yang lain tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek, perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisifasi dan menyeimbangkan perubahan.
Ketiga definisi di atas memperlihatkan rumusan dan tekanan yang berbeda. Yang satu mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya, yang lain menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan masa mendatang, dan yang satu lagi mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah-ubah. Meskipun demikian pada hakikatnya ketiganya bermaka sama, yaitu sama-sama ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang, tetapi yang pertama dan kedua tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa wujud yang dicari itu akibat terjadinya perubahan, termasuk perubahan dalam cita-cita.
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dibuat rumusan baru tentang apa itu perencanaan. Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implicit dalam pengajaran terdapatmemilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan ini dari perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran sebagaimana disebut oleh Degeng (1989), reigeluth ( 1983 ) sebagai suatu disiplin ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori pembelajaran preskriptif.
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan diatas, dimaksudkan agar dapat tercapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana sseorang belajar.
4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacuhkan pada siswa secara perorangan;
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada tercapainya tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;
6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D. Prinsip-prinsip Umum Tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berkut:
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahwa yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar dapat berlansung harus dikatahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pre tesr. Hal ini sangat penting agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Apabila tujuan pengajaran diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus dirumuskan secara khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu:
a. Dari sederhana kepada yang kompleks (rumit);
b. Dari konkrit kepada Abstrak;
c. Dari umum ( general ) kepada yang kompleks
d. Dari yang sudah diketahui ( fakta ) kepada yang tidak diketahui ( konsep yang bersifat Abstrak )
7. Dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi atau sebaliknya
8. Sering menggunakan Reinforcement ( penguatan )
E. Tipe-tipe Belajar
Menurut gagne belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe itu bertingkat, ada hierarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar.
Tipe belajar dikemukankan oleh Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajar pun terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan belajar di atas. Kedelapan tipe itu adalah sebagai berikut:
1. Belajar Isyarat ( Signal Learning )
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat untuk datang mendekat. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Menurut Therndike (1961) bentuk belajar seperti ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikat secara tidak sadar.
2. Belajar Stimulus-Respons ( Stimulus Respons Learning )
Belajar stimulus respon sama dengan teopri asosiasi ( S-R bond). Setiap respon. Setiap respons dapat diperkuat dengan renforcement. Hal ini pula berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3. Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara baerbagai S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik atau gerakan verbal seperti selamat-tinggal, bapak-ibu.
4. Asosiasi Verbal ( verbal Assosiation )
Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang sudah dimilikinya. Misalnya “ pyramide itu bangunan Limas”. Seseorang dapat menyatakan bahwa pyramide bebangunan limas kalau ia mengetahui berbagai macam bangunan. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
5. Belajar Diskriminasi ( Discrimination Learning )
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan berbagai bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6. Belajar Konsep ( Concept Learning )
Konsep merupakan symbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap fakta atau relita, dan hubungan antara berbagai fakta.
7. Belajar Aturan ( rule Learning )
Dalam belajar aturan seseorang telah dipandang telah memiliki berbagai konsep yang dapat digunakan untuk mengemukakan berbagai formula, hukum, atau dalil.
8. Belajar Pemecahan Masalah ( Proble Solvig )
Tipe belajar yang terakhir adalah memecahakan masalah. Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.
Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat. Tipe belajar yang memiliki hierarki. Setiap tipe belajar belajar merupakan prasyaratan bagi tipe belajar selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pengajaran, tipe belajar ini perlu mendapat perhatian, sebab hal ini menjadi salah satu factor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran yang diberikan kepada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar