Senin, 05 Juli 2010

TUJUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan umum

Salah satu komponen pendidikan adalah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan terlibat secara langsung di dalam setiap kegiatan pendidikan, dan pendidikan tidak dapat berlangsung tanpa tujuan tertentu. A. Tafsir (1987: 31) menyatakan bahwa tujuan itu menentukan isi pengajaran, langkah pengajaran, dan evaluasi. Penjabaran itu dimulai dari tujuan pendidikan nasional, kemudian tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional, sampai kepada tujuan yang khusus dan operasional.

Tujuan pendidikan diartikan sebagai rumusan dari kualitas pengetahuan kemampuan, dan sikap yang harus dimiliki oleh anak didik setelah menyelesaikan suatu program pengajaran di sekolah. Di dalam perencanaan pengajaran perlu dikenal dengan baik tujuan-tujuan tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan dan fungsinya masing-masing.

Dalam hubungan ini, MJ. Langaveld mencoba melihat suatu tujuan pendidikan yang bersifat universal yang berlaku bagi semua manusia. Beliau menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha untuk mencapai tingkat kedewasaan secara susila. (W. Gulo; 2008)

B. Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam UU No. 20 tahun 2003, pasal 3 dinyatakan bahwa; Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

C. Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan.

Dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenajng pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut.

D. Tujuan kurikuler

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standat nasional pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum dan kejuruan dan menengah terdiri atas:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kelompok mata pelajaran estetika.
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

E. Tujuan Pembelajaran / Instruksional

Dalam kalsifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran yang disebut juga dengan tujuan instruksional, merupakan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.

F. Isi Rumusan Tujuan dalam Pengajaran

Isi tujuan pengajaran harus bersifat komprehensif, artinya mengandung aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini harus terdapat baik dalam tujuan yang bersifat umum maupun tujuan yang bersifat khusus.

1. Domain Kognitif
a. Pengetahuan
Pengetahuan berhubungan dengan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Namun apa yang diketahui hanya sekedar informasi yang dapat diingat saja.

b. Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan memahami arti atau makna dari sesuatu materi pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan, atau meringkas tentang sesuatu. Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menafsirkan sesuatu dengan menerjemahkannya.

c. Penerapan
Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudaj dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan teori, dalil, konsep, prinsip, atau metode.

d. Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu kepada komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dipahami, demikian pula hubungan yang satu dengan yang lainnya.

e. Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk menghimpun atau mendudukkan kedalam suatu keseluruhan, jadi kemampuan ini semacam kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan berbagai informasi atau fakta.

f. Evaluasi
Evaluasi merupakan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

2. Domain Afektif
a. Penerimaan
Penerimaan merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu. Penerimaan atau kesediaan seseorang untuk mengahadirkan dirinya pada suatu peristiwa atau rangsangan seperti kegiatan kelas, buku dan musik.

b. Pemberian respons
Pemberian respons merupakan partisipasi aktif dari siswa untuk kegiatan tertentu. Pemberian atau responding menunjuk pada keturutsertaan secara aktif siswa.

c. Penilaian
Hal ini berkenaan dengan penerimaan nilai tertentu pada diri individu atau menolaknya.

d. Pengorganisasian
Berkenaan dengan penerimaan berbagai nilai yang berbeda-beda berdasarkan suatu nilai tertentu yang lebih tinggi.

e. karakterisasi
Mengacu terhadap karakter atau gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan.

3. Domain psikomotor
a. Persepsi atau “perception”
Persepsi menunjukkan pada pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektivitas gerak.

b. Kesiapan atau “set”
Kesiapan menunjukkan pada kesediaan untuk mengambil jenis aksi atau tindakan yang mencakup kesediaan materil, kesiapan fisik, dan kemauan memberi reaksi.

c. Tanggapan terbimbing atau “guided respons”
Tanggapan terbimbing merupakan tahap awal dari belajar keterampilan yang lebih kompleks.

d. Mekanisme atau “mechanism”
Mekanisme berkenaan dengan gerak-gerak penampilan yang melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan.

e. Respon nyata yang kompleks atau “compex over respons”
Respon nyata yang kompleks menunjukkan pada penampilan gerakan-gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan-gerakan yang rumit.

f. Penyesuaian atau “adaptation”
Penyesuaian berkenaan dengan keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga seseorang tampak sudah dapat mengolah gerakan dan menyesuaikan dengan tuntunan.

g. Penciptaan atau “origination”
Penciptaan atau origination berkenaan dengan penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu.

Kamis, 01 Juli 2010

Pengembangan dan Penggunaan Media

PENDAHULUAN

Langkah awal guru dalam merancang prosedur pengajaran adalah merupakan tujuan instruksional khusus (Indikator). Indikator pada dasarnya merupakan rumusan tentang bentuk perilaku atau kemampuan- kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mereka mengikuti pengajaran.

Suatu rumusan Indikator tentang kemampuan- kemampuan yang harus dimiliki peserta didik itu harus memenuhi syarat berikut: Spesifik artinya mengandung satu penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam). Operasional artinya mengandung

satu perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi.
Terkait dengan alat evaluasi di bidang media pengajaran, mutu guru akan dapat ditentukan dari seberapa jauh atau kreatif ia dalam pengembangan dan inovasi media pengajaran. Hal ini akan sangat membantu tugasnya sebagai profesional.

RUMUSAN MASALAH
a. Bagaiman pemilihan media yg efektif ?
b. Bagaimana mempertimbangan dalam hal memilih media?
c. Penggunan media yang dipilih ?
d. Apa pengembangan media berbasis lingkungan ?

A. Pemilihan Media yang Efektif dan Menyenagkan bagi Proses Pembelajaran

Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran sangat diperlukan mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar di kelas, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini, menurut Wijaya dkk (1991:2), disebabkan perkembangan jaman yang terus terjadi tanpa henti dengan kurun waktu tertentu.

Lembaga pendidikan hendaknya tidak hanya puas dengan metode dan teknik lama, yang menekankan pada metode hafalan, sehingga tidak atau kurang ada maknanya jika diterapkan pada masa sekarang. Perkembangan zaman yang begitu pesat dewasa ini membuat siswa semakin akrab dengan berbagai hal yang baru, seiring dengan perkembangan dunia informasi dan komunikasi. Karena itu, sangat wajar jika kondisi ini harus diperhatikan oleh guru agar terus mengadakan pembaharuan (inovasi).

Pembaharuan atau inovasi dalam dunia kependidikan sering diartikan sebagai suatu upaya lembaga pendidikan dalam menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan cara memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru sebagai jawaban atas perkembangan internal dan eksternal dalam dunia pendidikan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektivitas (Wijaya dkk, 1991:2).

Pada lembaga pendidikan, faktor yang menjadi penentu keberhasilan tujuan pendidikan adalah guru. Hal ini ditegaskan oleh Samana (1994:16) bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi suprasistem sekolah yang bersangkutan. Masyarakat yang semakin rasional dan teknologis semakin membutuhkan jasa sekolah dan atau guru yang bermutu.

Terkait dengan inovasi di bidang media pengajaran, mutu guru akan dapat ditentukan dari seberapa jauh atau kreatif ia dalam pengembangan dan inovasi media pengajaran. Hal ini akan sangat membantu tugasnya sebagai profesional. Menurut Sudarminto (dalam Samana, 1994:21), guru yang profesional yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang menjadi Departemen Pendidikan Nasional) melalui Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) (dalam Arikunto, 1990:239) telah merumuskan bahwa kompetensi profesional guru menuntut seorang guru untuk memiliki pengetahuan yang luas serta mendalam tentang bidang studi (subject matter) yang diajarkannya beserta penguasaan metodologis, dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan dan melakukan pembaharuan media pengajaran merupakan salah satu indikator kompetensi profesionalnya.

Konsekuensi yang harus diperhatikan adalah bahwa sikap statis (tidak kreatif) dan cara-cara yang konvensional semua pihak yang terlibat dalam dunia kependidikan, terutama guru, hendaknya dihilangkan. Guru harus aktif mencari dan mengembangkan sistem pendidikan yang terbuka bagi inovasi teknologi media pengajaran. Dalam hal ini, penanaman sikap inovatif pada guru sangat penting dilakukan (Wijaya, 1991:1-2).

Terkait dengan semakin beragamnya media pengajaran, pemilihan media hendaknya memperhatikan beberapa prinsip. Pertama, kejelasan maksud dan tujuan pemilihan media; apakah untuk keperluan hiburan, informasi umum, pembelajaran dan sebagainya. Kedua, familiaritas media, yang melibatkan pengetahuan akan sifat dan ciri-ciri media yang akan dipilih. Ketiga, sejumlah media dapat diperbandingkan karena adanya beberapa pilihan yang kiranya lebih sesuai dengan tujuan pengajaran (Rahardjo, 1986:62-63).

Sejalan dengan pendapat di atas, Miarso (1986:105) menyatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan guru dalam penggunaan media secara efektif adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai dengan perkembangan kematangan dan pengalamannya serta karakteristik khusus yang ada pada kelompok belajarnya. Karaketristik ini antara lain adalah kematangan anak dan latar belakang pengalamannya serta kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangannya.

Selain masalah ketertarikan siswa terhadap media, keterwakilan pesan yang disampaikan guru juga hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan media. Setidaknya ada tiga fungsi yang bergerak bersama dalam keberadaan media. Pertama¸ fungsi stimulasi yang menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang ada pada media. Kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara guru dan siswa. Dalam hal ini, media menjembatani komunikasi antara guru dan siswa. Ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan guru. Dengan keberadaan media, siswa dapat menangkap keterangan atau penjelasan yang dibutuhkannya atau yang ingin disampaikan oleh guru.

Fungsi stimulasi yang melekat pada media dapat dimanfaatkan guru untuk membuat proses pembelajaran yang menyenagkan dan tidak membosankan. Kondisi ini dapat terjadi jika media yang ditampilkan oleh guru adalah sesuatu yang baru dan belum pernah diketahui oleh siswa baik tampilan fisik maupun yang non-fisik. Selain itu, isi pesan pada media tersebut hendaknya juga merupakan suatu hal yang baru dan atraktif, misalnya dari segi warna maupun desainnya.

Semakin atraktif bentuk dan isi media, semakin besar pula keinginan siswa untuk lebih jauh mengetahui apa yang ingin disampaikan guru atau bahkan timbul keinginan untuk berinteraksi dengan media tersebut. Jika siswa mendapatkan suatu inormasi atau pengalaman berharga dari media tersebut, di sinilah titik sentral terjadinya belajar.

Selanjutnya, Rahardjo (1986:71) mengklasifikasi media pengajaran sebagai berikut:
Daftar Kelompok Media Pengajaran
No. Kelompok Media Jenis Media
1 Audio - pita audio (rol ataun kaset)
- piringan audio
- radio (rekaman siaran)
2 Cetak - buku teks terprogram
- buku pegangan (manual)
- buku tugas
3 Audio-cetak- buku latihan dilengkapi kaset atau pita audio
- pita, gambar, bahan dengan suara pita audio
4 Proyeksi visual diam- film bingkai (slide)
- film rangkai (berisi pesan verbal)
5 Proyeksi visual-diam dengan audio- film bingkai (slide)
- film rangkai dengan suara
6 Visual gerak- film bisu dengan judul (caption)
7 Visual gerak dengan audio- film suara
- video
8 Benda - benda nyata
- model tiruan
9 Manusia dan sumber lingkungan
10 Komputer - program pembelajaran terkomputer

Guru hendaknya benar-benar dapat mempertimbangkan kegunaan maupun aksesibilitas media tersebut. Jika suatu media tidak dapat diakses karena alasan tertentu, guru hendaknya mencari dan menemukan alternatif lainnya, misalnya dengan memproduksi sendiri suatu media menurut sarana yang dimilikinya. Hal semacam ini memang memungkinkan untuk dilakukan karena, menurut Rahardjo (1986:63).

Media dibedakan menjadi dua macam menurut criteria aksesibilitasnya, yaitu:
a. media yang dimanfaatkan (media by utilization), artinya media yang biasanya dibuat untuk kepentingan komersial yang terdapat di pasar bebas. Dalam hal ini, guru tinggal memilih dan memanfaatkannya, walaupun masih harus mengeluarkan sejumlah biaya.

b. Media yang dirancang (media by design) yang harus dikembangkan sendiri. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mampu merancang dan mengembang sendiri media tersebut sesuai dengan sarana dan kelengkapan yang dimilikinya.

B. Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran


Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kebermanfaatan penggunaan media untuk keperluan pembelajaran. Penelitian ini diawali dengan evaluasi media untuk melihat apakah suatu media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat mengubah perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat diandalkan karena hasilnya menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke penelitian perbandingan media untuk pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media lain. Misalnya, apakah gambar diam lebih baik daripada gambar hidup (film) atau apakah media audio lebih baik dari pada media visual. Hasil penelitian-penelitian itu ternyata tidak konsisten dan sulit dapat dipercaya. Kemudian penelitian beralih lagi ke media itu sendiri untuk mengetahui keunggulan suatu media dalam menyampaikan bahan pembelajaran. Hasil penelitian terakhir ini juga tampaknya kurang memuaskan.

Dari berbagai jenis penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, diketahui bahwa pada hakikatnya bukan media itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan.

Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula.

Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain:
a. Access (akses)
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses.

b. Cost (biaya)
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.

c. Technology (teknologi)
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?

d. Interactivity (interaksi)
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

e. Organization (organisasi)
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar?

f. Novelty (kebaruan)
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid.
Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya.

C. Penggunaan Media yang Dipilih

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang dijelaskan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu pendidik ucapkan, baik melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.

Dengan Demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan yang dipelajarinya, dari pada tanpa bantuan media. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat, jika penggunaanya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Seperti kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu sendiri dapat berupa pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.

Dalam proses belajar tidak semua pengalaman langsung bisa kita hadirkan pada peserta didik dalam kelas, untuk maksud itulah kehadiran media akan sangat membantu kita agar dapat membantu peserta didik dalam memberikan berbagai pengalaman, sekalipun dalam bentuk pengalaman tidak langsung. Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul

Dalam usaha menggunakan media dalam proses pembelajaran, perlu bagi pendidik untuk memperhatikan pedoman umum dalam penggunaan media sebagai berikut:
1) Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Masing-masing jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu pemanfaatan kombinasi dua atau lebih media akan lebih mampu membantu tercapainya tujuan pembelajaran

2) Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan demikian pemanfaatan media harus menjadi bagian integral dari penyajian pelajaran.

3) Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan.

4) Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

5) Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti mem-priview media yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pelajaran dimulai dan sebelum peserta masuk. Dengan cara ini pemanfaatan media diharapkan tidak akan mengganggu kelancaran proses pembelajaran dan mengurangi waktu.

6) Pembelajaran perlu disiapkan sebelum media digunakan agar mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting selama penyajian dengan media berlangsung.

7) Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta. (Miarso, 2004: 461).

D. Pengembangan Media Berbasis Lingkungan

Pengembangan media berbasis lingkungan sekitar perlu dilakukan oleh pendidik untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Keefektifan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara, kosakata, membaca, dan menulis. Lingkungan sekitar yang dapat dikembangkan meliputi: sekolah, perpustakaan, pasar tradisional, dan tempat wisata. Adapun cara pengembangannya sebagai berikut:

Sekolah
Segala sesuatu yang ada di sekitar sekolah dapat dijadikan media pembelajaran yang baik. Media dapat meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Contoh pembelajaran:
• Peserta didik mengunjungi sekolah dasar terdekat bersama pendidik.

• Peserta didik mewawancarai orang-orang yang ada di sana berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

• Peserta didik memperhatikan suasana dan keadaan sekolah untuk dilaporkan secara lisan dan tertulis.

• Peserta didik menulis laporan kunjungannya dengan singkat.

Perpustakaan
Perpustakaan merupakan media yang baik terutama untuk pembelajaran yang berstatus peserta didik atau mahapeserta didik.
Contoh pembelajaran:
• Peserta didik bersama pendidik mengunjungi perpustakaan.

• Peserta didik bertanya kepada petugas bagaimana cara meminjam buku atau hal lain.

• Peserta didik membaca buku, surat kabar, atau majalah yang disenanginya.

• Peserta didik melaporkan hasil bacaannya secara tertulis.

Pasar Tradisional
Pasar tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk materi yang berkaitan dengan budaya. Media ini dapat dimanfaatkan untuk materi menyimak dan berbicara.
Contoh pembelajaran:
• Peserta didik bersama pendidik pergi ke pasar tradisional.

• Peembelajar berusaha menawar sesuatu dan membelinya kalau harganya sesuai.

• Peserta didik menyampaikan kesan kunjungannya dalam bentuk tertulis.

Tempat Wisata
Materi budaya dapat menggunakan tempat wisata sebagai media pembelajarannya. Media ini dapat digunakan untuk pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Contoh pembelajaran:
• Peserta didik berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

• Peserta didik menyimak cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu selama di perjalanan.

• Peserta didik bercakap-cakap dengan petugas dan wisatawan domestik yang yang dijumpainya.

• Peserta didik membaca rambu-rambu yang ada di tempat tersebut.

• Peserta didik menulis laporan perjalanan sejak berangkat hingga pulang.

E. PENGGUNAAN MEDIA

Salah satu cirri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa, yang terpenting media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar mengajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

MEDIA BERBASIS MANUSIA
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Salah satu contoh yang terkenal adalah gaya tutorial Socrates.

Media ini bermamfaat khususnya bilatujuan kitaadalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa. Misalnya media manusia dapat mengarahkan dan mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan belajar.

Media berbasis manusia mengajukan dua tekhnik yang efektif, yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala Socrates. Rancangan pengajaran yang berpusat pada masalah dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar.
Salah satu factor penting dalam pengajaran dengan media berbasis manusiaialah rancangan pelajaran yang interaktif.dengan adanya manusia sebagai pemeran utama dalam proses belajar maka kesempatan berinteraksi semakin terbuka lebar. Sebagai penuntun untuk mengembangkan pelajaran interaktif dikemukakan langkah-langkah berikut:

a. mengidentifikasi pokok bahasan pelajaran.

b. Mengembangkan sajian pengajaran yang mencakup semua informasi.

c. Membaca / mengamati keseluruhan sajian dan menentukan dimana dialog interraktif dapat digabung.

d. Menetapkan jenis informasi yang diinginkan oleh siswa.

e. Menetapkan butir-butir diskusi penting.

f. Menentukan pesan-pesan apa yang ingin disampaikan.

MEDIA BERBASIS CETAKAN

Materi pengajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Pengajaran berbasis teks yang interaktif mulai popular pada tahun 1960-an dengan istilah pengajaran terprogram (programmed instruction) yang merupakan materi untuk belajar mandiri. Perancang pengajar harus berupaya untuk membuat materi dengan media berbasis teks ini menjadi interaktif.

Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting, misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan warna merah. Selanjutnya huruf yang dicetak tebal atau cetak miring memberi penekanan pada kata-kata kunci atau judul. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan membari kotak.penggunaan garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin dihindari karena membuat kata itu sulit dibaca.

MEDIA BERBASIS VISUAL

Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi stuktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan.

Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi seprti gambar, lukisan atau foto yang menunjukan bagaimana tampaknya sesuatu benda. (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi dan struktur isi material. (c) peta yang menunjukan hubungan-hubungan antara unsure-unsur dalam isi materi. (d) grafik seprti table, grafik dan chart(bagan) yang menyajikan gambaran atau kecendrungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka.

MEDIA BERBASIS KOMPUTER

Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manager dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer-managed instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai computer assisted instruction (CAI). CAI mendukung pengajaran dan pelatihan akan tetapi dia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media komputer.

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Pemanfaat perpustakaan sebagai sumber belajar secar efektif memerlukan keterampilan sebagai berikut (Achsin, 1986):
1. Keterampilan mengumpulkan informasi, yang m,eliputi ketermpilan (a) mengenalsumber informasi dan pengetahuan, (b) menentukan lokasi sumber informasi berdasrkan system klasifikasi perpustakaan,cara menggunakan katalog dan indeks, (c) menggunakan bahan pustaka baru, bahan referensi seperti ensiklopedia, kamus, buku tahunan dan lain-lain.

2. Ketermpilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasi, seperti (a) memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah, dan (b) mendokumentasikan informasi dan sumbernya.

3. Keterampilan menganalisis, menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi, seperti (a) memahami bahan yang dibaca, (b) membedakan antara fakta dan opini, dan (c) menginterpretasi informasi baik yang saling mendukung maupun yang berlawanan.

4. Keterampilan menggunakan informasi,seperti (a) memanfaatkan intisari informasi untu mengambil keputusan dan memecahkan masalah, (b) menggunakan informasi dalam diskusi dan (c) menyajikan informasi dalam bemtuk tulisan.

F. PENGEMBANGAN MEDIA

Sebelum membahas satu persatu tentang pengembangan media pembelajaran tersebut perlu dikemukakan prinsip umum yang perlu diperhatikan pada saat mencari dan menentukan jenis media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.

MEDIA BERBASIS VISUAL
Visualisasi pesan, informasi atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar / ilustrasi, sketsa/ gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih.

Dalam proses penataan itu harus diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan penekanan, dan keseimbangan. Unsur-unsur visual yang selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk, garis, ruang, tekstur dan warna.

MEDIA BERBASIS AUDIO VISUAL
Media audio dan audio-visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Sekali kita membeli tape dan peralatan seperti tape recorder, hampir tidak diperlukan lagi biaya tambahan karena tape dapat dihapus setelah digunakan dan pesan baru dapat direkam kembali.

1. Radio dan Tapess
Penggunaan media audio dalam pengajaran dibatasi hanya oleh imajinasi guru dan siswa. Media audio dapat digunakan dalam semua fase pengajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topic bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Penggunaan media audio sangat mendukung system pembelajaran tuntas (mastery learning). Siswa yang belajarnya lamban dapat memutar kembali dan mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasainya.

2. Kombinasi Slide dan Suara
Gabungan slide (film bingkai) dengan tape audio adlah jenis system multimedia yang paling mudah diproduksi. Media pengajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan untuk berbagai tujuan pengajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan atau mendorong lahirnya respons emosional.

3. Media Berbasis Komputer
Kemajuan teknologi komputer sejak muncul pada tahun 1960-an sangat lamban. Ruangan besar dan jumlah orang yang cukup banyak diperlukan untuk menjalankan komputer pada masa itu. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dikenaldengan nama pengajaran dengan bantuan komputer. Dilihat dari situasi belajar dimana komputer digunakan untuk tujuan menyajikan isi pelajaran, bisa berbentuk tutorial, drills and practice, simulasi dan permainan.

4. Media Berbasis Komputer dan Inter-Active Video
Meskipun difinisi multimedia masih belum jelas, secara sederhana diartikan sebagai lebih dari satu media. Bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Kombinasi slide dan audio merupakan perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media itu. Dengan demikian arti multi media yang umumnya dikenal dewasa ini adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video dan animasi.

Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi pelajaran. multimedia berbasis komputer ini sangat menjanjikan untuk penggunaannya dalam bidang pendidikan. Meskipun saat ini penggunaan media ini masih dianggap mahal, dalam beberapa tahun mendatang biaya itu akan semakin rendah dan dapat terjangkau serhingga dapat digunakan secara meluas diberbagai jenjang sekolah.


RUJUKAN :
http://ugnews.gunadarma.ac.id/2007/03/05/seminar-sehari-manajemen-pengembangan-dan-pemanfaatan-media-radio-dan-tv-dalam-proses-pembelajaran/
http://mfadil.blog.unej.ac.id/pemanfaatan-media-pembelajaran/
http://suksesbersamasukarto.blogspot.com/2010/02/pemanfaatan-dan-pengembangan-media.html
http://sukses-skripsi.co.cc/pengaruh-pengelolaan-kelas-dan-pemanfaatan-media-pembelajaran-akuntansi-terhadap-prestasi-belajar-siswa/